• id Indonesia
  • en English
Kamis, Maret 30, 2023
  • TENTANG KAMI
Indonesia for Global Justice
  • BERANDA
  • BERITA
    • IGJ ON MEDIA
    • JARINGAN
    • KEGIATAN IGJ
    • KUMPULAN BERITA
  • PUBLIKASI
    • BUKU
    • ARTICLE MONITORING
    • PRES RELEASE & STATEMENT
    • BRIEFING PAPER
    • INFOGRAFIS
  • OPINI
No Result
View All Result
“A Global Justice Order through Social Movements”s
  • BERANDA
  • BERITA
    • IGJ ON MEDIA
    • JARINGAN
    • KEGIATAN IGJ
    • KUMPULAN BERITA
  • PUBLIKASI
    • BUKU
    • ARTICLE MONITORING
    • PRES RELEASE & STATEMENT
    • BRIEFING PAPER
    • INFOGRAFIS
  • OPINI
No Result
View All Result
Indonesia for Global Justice
No Result
View All Result
Home IGJ Update from WTO meeting

Nasib Perjanjian Pertanian Di Tangan India, AS Siap-siap Lobby

Desember 11, 2013
in IGJ Update from WTO meeting
Reading Time: 2 mins read
Nasib Perjanjian Pertanian Di Tangan India, AS Siap-siap Lobby
1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

IGJ Update – KTM IX WTO, Nusa Dua, Bali. 3-6 Desember 2013

Nasib Perjanjian Pertanian Di Tangan India, AS Siap-siap Lobby

Nusa Dua, 4 Desember 2013. Setelah dibuka kemarin (03/12) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, World Trade Organization (WTO) memulai pertemuannya pada 4 Desember 2013. Agenda pertama dari pertemuan tersebut adalah mendengarkan pernyataan umum dari masing-masing negara terkait isu perundingan yang mengemukan dalam Paket Bali.

Perbedaan pendapat muncul dari setiap pernyataan yang dibawakan oleh para pemimpin delegasi dari masing-masing negara tentang Paket Bali yang hingga hari ini masih belum mendapatkan kesepakatan, yakni Trade Facilitation dan Pertanian. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan beberapa negara yang memiliki pengaruh kuat di dalam dua perjanjian tersebut seperti Amerika Serikat (AS) dan India.

Dalam pernyataan AS sangat terlihat bahwa pertemuan WTO di Bali dapat memberikan sebuah kesepakatan terhadap perundingan yang belum dapat disepakati di Jenewa. AS juga menekankan bahwa jika pertemuan Bali tidak dapat mendapatkan kesepakatan maka dapat menghancurkan sistem perdagangan multilateral. Desakan AS agar Bali menghasilkan keputusan terhadap Paket Bali hendak memberikan tekanan

Pernyataan AS diperkuat oleh Menteri Perdagangan RI, Gita Wiryawan, menyampaikan bahwa, keberhasilan Bali adalah yang paling terpenting sehingga diperlukan political will dari seluruh pihak dan membuka peluang lebih besar bagi keberhasilan Bali.

Sedangkan India menyatakan akan tetap bertahan pada posisinya yang terakhir. Pernyataan keras yang keluar bahwa pertanian dan food security adalah hal yang sangat penting bagi India, sehingga isu tersebut tidak dapat dinegosiasikan (non-negotiable). India tetap mendorong agar aturan WTO, khususnya pertanian, harus diperbaiki sebagaimana usulan dari G33 yang ingin agar perjanjian pertanian di amandemen. Selain itu, India hanya menginginkan solusi permanen dari isu pertanian, bukan peace clause yang sifatnya hanya sementara. Dari hal tersebut, terlihat bahwa India tidak akan menukarkan pertanian dengan trade facilitation yang dirasa sangat tidak seimbang. Untuk itu, India meminta agar perjanjian trade facilitation dapat lebih inklusif dan menunjukan keseimbangan bagi negara berkembang dan terbelakang.

Walaupun India bertahan pada posisinya, nampaknya AS dan negara maju lainnya seperti EU dan Kanada akan mendorong India masuk ke dalam jebakannya. Hal ini terlihat dari upaya lobby-lobby yang dilakukan hari ini (04/12) dalam green room, dimana India, AS, EU, Kanada, dan Brazil akan mendiskusikan kunci penting dari isu pertanian, yaitu peace clause. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Indonesia yang selalu memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan “honest broker”. Negosiasi yang dilakukan dalam ruang terpisah dan jauh dari sifat transparansi membuka peluang negara maju menekan India untuk bisa menerima tawarannya dan memenangkan perundingan.

Hari ini nasib perjanjian pertanian ada ditangan India. Jika terjadi perubahan posisi terhadap kepentingan India dalam proposal G33, khususnya peace clause, maka perundingan Bali akan sangat legitimasi dalam melanjutkan liberalisasi perdagangan yang mendorong isu pembangunan versi negara maju.

Seharusnya, menjaga nasib perjanjian pertanian juga menjadi tugas dari Pemerintah Indonesia yang merupakan Ketua dari G33 yang mengusulkan public stockholding for food security. Namun hal tersebut tidak terlihat dan bahkan pemerintah hendak merelakan pertanian nasional demi trade facilitation. Pemerintah Indonesia lebih sibuk menjadi ‘broker’ diantara dua negara yang berkonflik tersebut yang sangat berkepentingan terhadap keberhasilan Paket Bali, yaitu dimana ketika Trade Facilitation tercapai yang menukarnya dengan perjanjian pertanian. Hal ini akan sangat merugikan pertanian negara-negara berkembang, khususnya Indonesia.***RH

PDF 📄
Previous Post

Menenggelamkan Ekonomi Rakyat, Memperparah Korupsi, Menyandera Presiden 2014

Next Post

Indonesia And India; Lead The G-33 In Defending The South

Related Posts

KEPAL : DPR SAHKAN PERPPU CIPTA KERJA, INI MERUPAKAN PELANGGARAN KONSTITUSI
Pres Release & Statement

KEPAL : DPR SAHKAN PERPPU CIPTA KERJA, INI MERUPAKAN PELANGGARAN KONSTITUSI

Maret 26, 2023
Intervention on US-IPEF at Bali Nusa Dua
Kampanye

Intervention on US-IPEF at Bali Nusa Dua

Maret 21, 2023
Load More
Next Post

Indonesia And India; Lead The G-33 In Defending The South

Please login to join discussion

covid-19 widget

Popular Post

  • Ahli Tekankan Pentingnya Persetujuan DPR dalam Perjanjian Internasional

    Ahli Tekankan Pentingnya Persetujuan DPR dalam Perjanjian Internasional

    2697 shares
    Share 1079 Tweet 674
  • Penghapusan Status B3 FABA dan SBE dalam PP No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Tinjauan Sustainable Trade

    2682 shares
    Share 1073 Tweet 671
  • Penenggelaman Kapal Asing

    2237 shares
    Share 895 Tweet 559
  • DIPLOMASI VAKSIN COVID-19 INDONESIA: “Tantangan Akses Publik Atas Vaksin dan Layanan Kesehatan Berkeadilan”

    1195 shares
    Share 478 Tweet 299
  • Isu Lingkungan Hidup dan Iklim di WTO: Untungkan Negara Maju, Rugikan Negara Berkembang

    1153 shares
    Share 461 Tweet 288
  • PERDAGANGAN & INVESTASI
  • BISNIS & HAM
  • DIGITAL EKONOMI
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BERITA
    • IGJ ON MEDIA
    • JARINGAN
    • KEGIATAN IGJ
    • KUMPULAN BERITA
  • PUBLIKASI
    • BUKU
    • PRES RELEASE & STATEMENT
    • ARTICLE MONITORING
    • BRIEFING PAPER
    • INFOGRAFIS
  • OPINI
  • id Indonesia
  • en English

Indonesia For Global Justice© 2020

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used.