Jakarta: Indonesia memerlukan strategi yang tepat agar tidak hanya menjadi pasar bagi pelaku usaha e-commerce dari luar negeri, tetapi dapat memberdayakan industri lokal di tingkat global.
“Agar Indonesia tidak hanya sekedar menjadi pasar, perlu ada strategi yang tepat untuk mendukung Penguatan UMKM di daerah, khususnya industri kecil dan menengah berbasis desa selayaknya melalui pemanfaatan teknologi digital ini,” kata Peneliti Senior Indonesia for Global Justice (IGJ) Olisian Gultom dikutip dari Antara, Minggu, 3 Februari 2019.
Menurut dia, penyiapan sarana pendukung di daerah seperti kemampuan logistik yang memadai, penyiapan server berbasis kabupaten/kota juga harus bisa dilakukan secara paralel atau bersamaan dengan pembangunan jaringan broadband nasional.
Olisias Gultom mengingatkan bahwa nilai dan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia di 2018 menjadi yang paling menonjol di ASEAN dan bahkan di dunia. Ia memaparkan nilai ekonomi digital Indonesia tersebut mencapai USD27 miliar (49 persen), tertinggi di ASEAN, namun di sisi lain kontribusi e-commerce terhadap PDB baru sebesar 2,9 persen. “Tetapi potensi dan peluang ini tetap saja rentan menjadi tidak optimal bila tidak disikapi secara bijaksana dan hati-hati bagi pembangunan Indonesia ke depan,” paparnya.
Olisian menjelaskan fenomena itu perlu disikapi secara hati-hati karena pasar yang sebelumnya menjadi harapan bagi produk dan industri lokal dinilai akan semakin sulit dimanfaatkan. Sebaliknya, justru menjadi media penetrasi bagi produk-produk impor untuk bisa mengakses pasar Indonesia tanpa batas ruang dan waktu.
Situasi ini terjadi, lanjutnya, tidak terlepas antara lain akibat suntikan dana dari investor besar asing yang juga adalah pelaku bisnis serupa internasional atau merupakan kelompok investor yang selama ini berada dibalik startup (perusahaan rintisan) besar dunia lainnya.
“Dampak adanya pelaku bisnis besar dunia dibalik pendanaan bisnis online di Indonesia memberi dampak semakin banyak atau dominannya produk-produk impor pada barang dan jasa yang ditawarkan melalui start up-start up tersebut, sehingga konsekuensi atas kondisi ini adalah akan semakin ketatnya produk-produk lokal, khususnya produk yang berbasis UMKM Indonesia, bersaing dengan produk-produk impor di tengah persaingan global,” ucapnya.
(SAW)