Jakarta, 14 Desember 2023. Indonesia for Global Justice (IGJ) mengadakan kegiatan diseminasi buku saku utang dengan tema utang negara-negara berkembang. Kegiatan yang dihadiri oleh kelompok masyarakat sipil dan organisasi kemahasiswaan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran mengenai perkembangan isu utang di beberapa negara berkembang termasuk di Indonesia.
Tidak hanya itu, dengan adanya kegiatan ini IGJ hendak melakukan reaktivasi dan revitalisasi isu utang dengan memaparkan materi mendasar kepada peserta yang hadir. Untuk membangkitkan kembali kesadaran terhadap isu tersebut, kegiatan diadakan tidak hanya dengan pemaparan materi namun diskusi dua arah.
Diskusi ini menghadirkan dua penanggap, yakni Eko Listiyanto, wakil direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) dan Aryanto Nugroho, Koordinator Publish What You Pay Indonesia (PWYP). Selanjutnya kesempatan juga diberikan kepada peserta untuk memberikan masukan maupun ide-ide untuk mengembangkan tulisan selanjutnya.
Wakil direktur INDEF, Eko Listiyanto menambahkan urgensi isu utang, dimana isu tersebut menjadi nomor 2 risiko terbesar yang mengkhawatirkan pasar investasi. Hal ini juga mengartikan isu utang masih menjadi perhatian besar karena dapat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan. Belum lagi beliau menambahkan bahwa ,”nilai utang pemerintah Indonesia terus meningkat dan akselerasinya sangat cepat dalam beberapa tahun belakangan ini”.
Oleh karena itu, Eko Listiyanto juga menekankan pentingnya pengelolaan belanja negara pemerintah Indonesia karena dapat mempengaruhi kebijakan berhutang di masa depan. Walaupun sering kali kebijakan berhutang menjadi keputusan politis pemerintah yakni dimana biasanya negara membayar biaya utang hanya untuk dapat berhutang kembali atau sering disebut “skema gali lubang tutup lubang”.
Selanjutnya, penanggap Aryanto Nugroho, Koordinator PWYP mengatakan bahwa, “masyarakat sipil penting untuk meninjau dan memonitor kembali isu ini karena banyak sekali skema pendanaan kreatif yang tidak banyak masyarakat paham bahwa hal itu termasuk dalam skema berutang. Banyak sektor isu yang dapat mencangkup isu tersebut salah satunya termasuk sektor lingkungan seperti transisi energi dan krisis perubahan iklim yang baru-baru ini pemerintah Indonesia gadang-gadangkan”.
Beliau juga berpandangan bahwa buku saku ini dapat menjadi awalan untuk mengembangkan tulisan lainnya seperti menganalisa kembali risiko isu utang dalam jangka pendek dan menengah.
Pada akhir acara, kesepakatan bersama untuk melihat kembali peran penting Organisasi Masyarakat Sipil pun terbentuk. Beberapa peserta yang hadir juga memberikan masukan rencana strategis yang dapat dilakukan kedepannya. Dengan ide-ide yang telah terkumpul diharapkan isu utang ini tidak terkubur dengan hanya melihat pada banyaknya tanggapan positif terhadap potensi mekanisme pendanaan baru dalam berbagai sektor. Utang adalah alat layaknya pisau bermata dua yang tidak hanya dapat memberikan manfaat namun juga masalah. Oleh karena itu, kedepannya penting untuk menganalisa isu ini lebih dalam.
Penulis: Komang Audina Permana Putri
Indonesia for Global Justice