Warta Ekonomi.co.id, Jakarta –
Indonesia for Global Justice (IGJ) mendukung langkah Pemerintah Indonesia dalam pembuatan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang menyusun Peraturan presiden tentang TKDN guna mendorong pemanfaatan potensi dalam negeri serta untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Direktur Eksekutif IGJ, Rachmi Hertanti menyatakan bahwa Perpres ini merupakan langkah tepat yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam rangka memperkuat daya saing industri nasional guna menjadi pemain dalam Global Value Chains.
“Kebijakan ini sangat strategis bagi pembangunan industri nasional dan akan memberikan efek domino yang cukup besar bagi perekonomian nasional, sehingga Indonesia semakin berpeluang menjadi pemain aktif dalam agenda Global Value Chains”, ujar Rachmi, Jakarta, Rabu (3/8/2017).
Rachmi mengingatkan Pemerintah agar kebijakan TKDN ini jangan sampai kandas ditengah jalan. Hal ini akan berakibat pada perundingan Indonesia di berbagai kerja sama perdagangan internasional, khususnya dalam EU CEPA dan RCEP. Pasalnya, Perjanjian perdagangan bebas melarang ketentuan kewajiban TKDN.
Menurut IGJ, berkaca pada pengalaman Vietnam yang menandatangani CEPA dengan EU bahwa bab investasi Vietnam-EU CEPA, khususnya aturan tentang Performance Requirementsmelarang Negara untuk mensyaratkan atau mewajibkan konten lokal dalam sebuah investasi atau sektor industri tertentu. Begitu pun dalam Scooping Paper Indonesia-EU CEPA juga disebutkan bahwa coverage aturan Investasi perlu mempertimbangkan penerapan tentang ketentuan Performance Requirements yang melarang adanya kewajiban konten lokal.
Rachmi menambahkan, selama ini di dalam forum perdagangan multilateral, EU selalu menyuarakan negatif terhadap kebijakan investasi Indonesia, khususnya terkait dengan kebijakan TKDN yang diterapkan baik dalam sektor elektronik, telekomunikasi, sektor tambang, migas, dan listrik, maupun retail. EU menganggap bahwa kebijakan ini menjadi non-tarif barriersdalam perdagangan dan merugikan investornya.
Dalam putaran perundingan ke-3 Indonesia-EU CEPA yang akan berlangsung 10-17 September 2017, di Brusels, Rachmi meminta agar kebijakan TKDN harus menjadi kekuatan posisi runding Indonesia.
“Pemerintah Indonesia harus konsisten dalam menerapkan kebijakan TKDN ini. Jangan sampai, hanya karena EU CEPA kebiijakan ini harus dibatalkan. Justru seharusnya, Kebijakan TKDN ini harus menjadi posisi runding yang kuat bagi Indonesia terhadap Uni Eropa, sehingga kerja sama ini dapat membuka ruang bagi pertumbuhan industri nasional, bukan kembali mengkerdilkan atau bahkan mematikan industri nasional akibat pembukaan akses barang impor diseluruh aktivitas ekonomi”, tegas Rachmi.