Beras yang diekspor adalah beras yang habis dipanen dan bukan beras yang disimpan di Gudang Bulog.
JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan kebijakan ekspor beras untuk mengantisipasi Gudang Bulog yang bakal penuh saat panen raya.
Menurut Buwas, bila gudang penuh maka tidak bisa menyerap beras saat masa panen. Solusinya, mesti mengeluarkan beras dengan cara mengekspor. “Antisipasi panen raya. Jadi bagaimana kita bisa produksi bukan untuk disimpan tapi dijual ke negara lain,” kata pria yang akrab disapa Buwas itu di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/1/).
Buwas menegaskan beras yang diekspor adalah beras yang habis dipanen dan bukan beras yang disimpan di gudang Bulog. “Jadi yang panen, yang dijual. Yang di kita nggak mungkin diekspor,” jelas dia.
Sebelumnya, saat rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI dan Kementerian Pertanian, Senin (21/1), Buwas mengungkapkan sejumlah negara tetangga, khususnya di kawasan Asia Tenggara siap menyerap beras ekspor Indonesia pada pertengahan tahun ini. “Ada beberapa negara yang kita hubungi dan siap untuk membeli karena mereka butuh. Yang jelas ASEAN sudah siap,” katanya.
Buwas mengatakan ekspor beras dilakukan untuk memaksimalkan penyerapan produksi beras dalam negeri saat panen raya pada bulan April hingga Mei 2019.
“Manakala nanti panen raya jumlahnya besar, dan kita harus menyerap beras sebesar-besarnya untuk kepentingan petani, kita akan melakukan upaya ekspor,” kata dia.
Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog mencapai 2,1 juta ton. Sementara itu, target penyerapan beras dalam negeri tahun ini sekitar 1,8 juta ton sampai April 2019. Di sisi lain, kapasitas gudang Bulog maksimal hanya mencapai 3,6 juta ton beras. Oleh karena itu, ada potensi kelebihan kapasitas sekitar 300 ribu ton saat panen raya.
Untuk distribusi di hilir, Buwas mengatakan tahun ini hanya mengalokasikan Bantuan Pangan Nontunai (BNPT) atau sebelumnya disebut Beras Sejahtera (Rastra) sekitar 300 ribu ton. Berbeda dengan sebelumnya, alokasi beras untuk bantuan bisa mencapai 1,6 juta -1,7 juta ton.
Oleh karena itu, Bulog pun telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian untuk merealisasikan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga. “Masyarakat tidak usah takut bahwa Gudang Bulog penuh dan tidak bisa serap. Kita tetap serap nanti akan kita kelola dengan ekspor,” ujarnya.
Stabilisasi Harga
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan yang diutamakan saat ini ialah menjaga harga di dalam negeri agar tetap stabil. Itu jauh lebih penting ketimbang membahas rencana ekspor beras.
Menurut Darmin, ekspor itu tidak boleh hanya sekali, tetapi mesti terus-menerus, apalagi ke negara-negara di sesama kawasan. Kita harus jaga stabilitas harga pangan di dalam negeri saja,” tutup Darmin.
Sedangkan Koordinator Riset Isu Pangan Indonesia for Global Justice (IGJ), Rahmat Maulana Sidik, mengatakan tujuan pemerintah mengekspor beras dianggap tidak terlalu efektif. Lagi pula persoalan validitas data juga yang mengakibatkan ekspor dan impor tidak terukur sehingga selama ini ekspor tidak harus dikaitkan ketika surplus, tetapi juga saat terjadi defisit. ers/E-10
Sumber >>> http://www.koran-jakarta.com/bulog-ekspor-beras-pertengahan-2019/