NEFOSNEWS, Jakarta – Indonesia for Global Justice (IGJ) khawatir saat Masyarakat Ekonomi ASEAN dimulai 2015, rakyat kecil akan kehilangan akses terhadap sumber daya alam.
Sebab, menurut IGJ, dalam menghadapi era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN, pemerintah tidak memiliki strategi dan rencana yang tepat untuk melindungi kepentingan rakyat kecil seperti petani, buruh, nelayan, dan pedagang tradisional.
“Seakan mereka dibiarkan sendirian menghadapi bahaya AEC,” kata Riza Damanik, Direktur Eksekutif IGJ, Kamis (13/3/14).
Riza mencontohkan bagaimana pasar bebas ASEAN berbahaya buat petani. “Sektor pertanian dan perikanan itu masuk dalam 12 sektor prioritas kerja sama ASEAN. Sementara di dalam negeri, dua sektor ini tengah menghadapi kegentingan yang cukup serius baik secara kualitas maupun kuantitas.”
Penilaian Riza soal pertanian kita yang berada di titik genting cukup beralasan. Terutama jika melihat bagaimana kontribusi sektor ini terhadap PDB tidak lagi besar, bahkan terus menciut.
Berdasarkan data BPS, di tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 14,70 persen. Tahun 2013 kontribusinya mengalami penurunan hingga 14,43 persen.
Pemerintah sendiri sudah tegak pada pendiriannya untuk masuk ke dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Menegaskan tak akan mundur atau menunda keterlibatan dalam liberalisasi barang dan jasa.
“Saya kira on track. Tingkat score card kita 84 persen dari pelaksanaan Indonesia terhadap MEA, jadi itu sesuai rencana,” ujar Marty Natalegawa, Menteri Luar Negeri, Rabu (12/3/14).
Menurut Marty, dengan adanya perdagangan bebas ini, maka peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia menjadi lebih terbentang. “Ini kan ekonomi yang terintegrasi,” tambah sang menteri. (anila)
http://nefosnews.com/post/ekbis/pasar-bebas-asean-bahaya-buat-rakyat-kecil
Caption foto: Petani menjemur gabah. (Antara Foto)